Pada catatan sebelumnya, saya telah membahas soal pengaruh D-style
pada musik Korea yang begitu disukai oleh kaum muda di Indonesia,
khususnya kaum hawa. Di catatan kali ini, saya hanya menguatkan kembali
dugaan saya sebelumnya jika dunia hiburan Korea atau lebih tepatnya
Korea Selatan memang telah disetir oleh para Luciferian ini, yang telah
menguasai jagad hiburan Korea.
Awalnya,
saya mulai menyadarinya ketika melihat MV Lucifer milik boyband SHINee,
lagu B-Rip-Bob-A Narsha, yang amat kentara sisi propaganda D-stylenya.
Setelah melihat lagu ini, saya mulai terpancing ketika seorang teman di
dunia maya, menanyakan soal lagu Sorry-sorrynya SuJu (Super Junior). Dan
hal ini, terus berlanjut ketika saya mendapati begitu banyaknya kata
KEBETULAN di dunia K-tainment. M
Sebut
saja MV milik SNSD atau Girls’ Generation, diantaranya, RunDevilRun,
HOOT, Gee, OH!. Dan ternyata, dilihat dari segi BETA Programming,
seluruh MV grup pop idol Korea ini saling berhubungan. Masing-masing
menunjukkan perkembangan ke arah alter personality.
Selain
video klip lagu SNSD atau yang biasa dikenal dengan Girls’ Generation,
ada lagi video klip dari rapper asal Korea bernama panggung G-Dragon.
Utamanya pada lagunya yang berjudul “Heartbreaker.” Dalam lagu ini
digambarkan bagaimana seorang Adam bisa terjebak memakan buah Apel,
karena bujukan Eva atau Hawa. Layaknya karakter Adam yang memakan
setengah buah Apel karena bujukan Eva dalam mitologi Barat, maka,
karakter Adam dalam videoklip ini juga melakukan hal yang sama.
Peta penyebaran Yahudi di Korea
Pengaruh simbolisme kaum Pagan Kabbalah dalam industri hiburan Korea
Selatan atau akrab dikenal K-Pop ini sendiri bukanlah sesuatu yang baru.
Mengingat kaum Yahudi juga mendiami negeri Saranghae ini. Keberadaan
kaum Yahudi di Korsel dimulai sejak Perang Korea berlangsung
(1950-1953). Saat itu, ribuan tentara Yahudi Amerika bergabung bersama
tentara lokal melawan invasi Komunis di Utara. Selama perang, Chaim
Potok ditunjuk sebagai seorang Chaplain Amerika Serikat di Korea.
Informasi lebih lengkap silahkan baca artikel Ariel Scheib, “The Virtual Jewish History Tour: South Korea.”
Seorang bocah sedang membaca talmud
Dan eksistensi mereka telah diakui oleh masyarakat Korsel. Bahkan
media-media disana juga beberapa kali melaporkan kehidupan kaum Yahudi
ini. Sebut saja The Korea Herald. Aktivitas mereka juga bisa dilihat di
laman Chabad.org. Salah satu kitab suci kaum Zionis Yahudi yang
lebih hebat dari Taurat, Talmud juga dijual bebas di toko-toko buku di
Korsel dan dikemas dalam kemasan sampul yang warna-warni, layaknya buku
bacaan biasa.
Lodge
atau Loji organisasi Kabbalah, Freemasonry juga berdiri di Korea
Selatan. Masing-masing tersebar di tiga daerah. Di Seoul ada Lodge Han
Yang No. 1048, MacArthur Lodge #183; Di Pyeontaek ada Lodge Harry S.
Truman #1727; Dan di Busan ada Lodge Pusan #1675. Selain itu Korea juga
menjalin kerjasama bilateral dengan zionis israel (Baca: http://jewishkorea.com/index.html).
Begitulah, propaganda kaum zionis yahudi ini telah merasuki seluruh
aspek kehidupan sosial masyarakat Korea. Termasuk industri hiburannya,
utamanya dalam industri musik. Dan lucunya di Indonesia, banyak
rakyatanya tidak mengetahui maksud dan tujuan berkembangnya tren luar
negeri tersebut. Sayangnya, mereka dengan ‘takzim”nya mengikuti budaya
luar tersebut, tanpa tahu jika tren tersebut sengaja diciptakan dengan
maksud tertentu, seperti penjajahan budaya misalnya atau penyebaran
ideologi agama tertentu.